My Poem

Tuesday, April 05, 2011

Tunggulah Aku di 25

Jika waktu itu tiba

Dan kita diperkenankan bersua

Kan ku genggam tanganmu erat

Takkan ku lepas meski badai menjerat


Jika waktu itu tiba...

Dan kau masih menunggu dengan setia

Kan kujadikan kau ratu

Menikmati pagi dengan secangkir kopi buatanmu

Melewati malah dengan hangat pelukmu


Sungguh jika waktu itu tiba

Dan ternyata kau adalah takdirku

Ku ingin selalu bahagiakanmu

Kan ku ukir senyuman di tiap harimu


Mungkin ini terdengar gombal sayang

Mungkin saat ini kau kecewa karna ku harus tinggalkanmu

Ku harus melupakanmu sementara

Tuk dapatkanmu selamanya


Berdoalah sayang

Semoga waktu itu segera datang

Dan semuanya seperti yang kita kenang

Kugapai cita ku raih bahagia dan kita tuai bahtera bersama


Kudisini bukan ku tak pedulikanmu

Ku disini bukan tanpa bayanganmu

Ku disini mengejar cita untukmu

Untuk kita dan anak-anak kita kelak


Tunggulah aku sayang

Kelak jodoh takkan kemana

Ku hanya ingin yang terbaik untuk kita

Meski akupun tak tau apakah ini kan nyata atau fana


Tunggulah aku di 25



Sarijadi 030411, 22:00

Monday, April 04, 2011

Ingatkan Ku 'Tuk Melupakanmu

Besok pagi...,
Setiap malam...,
Setiap hari,
Tolong ingatkan ku tuk melupakanmu...

Meski lelah dan berkeluh kesah
Meski letih berpacu dengan perih
Meski bayangan menghantui angan
Ingatkanlah aku tuk selalu melupakanmu..

Meski ini adalah seuatu kebohongan
Meski ini sebuah penghindaran
Meski ku tau ini sangat menyakitkan
Melupakanmu adalah yang terbaik yang bisa kulakukan

Tuesday, March 29, 2011

Kenangan Manis

:08.00

Ingatkah kau waktu itu

Dibawah cahaya redup lampu kelambu

Kita berdua lewati waktu bersama

Bersenda sambil membicarakan apa saja


Dibawah atap yang terbuat dari bambu

Ditemani suara kumbang yang bernyanyi merdu

Kau menari dengan kata-katamu yang banyak itu

Tapi telinga ini tak pernah lelah tuk mendengarmu


Lihatlah dibawah…,

Ada kolam dipenuhi ikan-ikan yang melenggok malu

Ada kunang-kunang yang menatap ragu

Ada dingin yang menghangatkan hatiku


Dan lihatlah hatiku

Ada cinta yang kau tak tau

Ada rasa yang terbelenggu

Ada takut dan rasa malu


Nah.., jus mangga kesukaanmu datang

Kau sambut dengan wajah riang

Manis sepertinya, semanis senyumnya

Dan aku, aku hanya bisa terpana menatapnya


Waktu itu…

Kita duduk berdua tanpa alas kaki

Diatas balong dengan ikan dan kecebong yang menari

Dan aku, aku tetap menyimpan isi hati


:21.55

Sudah jam 10 kurang 5

Waktu begitu tak terasa

Namun tak juga bisa ku ungkapkan rasa

Aku begitu terpana, tak ingin ku merusak suasana


:10.00

Waktunya ku mengantarmu pulang

Kuantar sampai di depan gang

Kulihat senyum mu masih melebar

Dan hatiku masih berdebar


Malam itu takkan pernah kulupa

Walaupun takkan ku ulang lagi itu semua

Karna sekarang kau telah temukan dia


Semuanya telah tergaris

Kan kusimpan ini semua sebagai kenangan manis

Semanis senyuman mu malam itu

:saung balong 180211


Write: Sarijadi. 280311

Penyair Kecil

Aku hanyalah penyair kecil

Merangkai kata dari puing-puing kerikil

Mengumpulkan rima dari sisa-sisa asa yang fana

Mencoba menggabungkannya menjadi sebuah makna


Aku hanyalah seorang musyafir

Mencari nada dari belantara jiwa

Terimbas suasana yang kadang suka, kadang duka

Tergilas roda, terombang ambing rasa


Kadang pula ku hanya asal bicara

Tanpa tau apakah ini sastra ataukah hanya kata biasa

Terjebak dalam aturan yang tak nyata

Tersesat daalam imajinasi yang tak ada


Ah.., aku tak tau lagi harus menulis apa

Stagnasi terjadi dalam diri

Merasuk kedalam pena yang membusuk

Menyumbat aliran karya yang hebat


….


Akhirnya aku kembali terdiam

Walaupun pikiran ini masih menggumam

Aku duduk diantara berjuta ide yang tak tertuang

Terkekang dalam logika yang melayang


Mungkin lebih baik aku pulang

Menunggu hujan inspirasi kembali datang

Berharap berjuta diksi terbawa bandang

Agar ku bisa teruskan kembali tulisanku yang tak kunjung memanjang



Sarijadi, 280311

Thursday, March 24, 2011

Cukup

"Cukup untuk malam ini
Terlalu banyak luka dalam tulisan ini
Terlalu banyak kepedihan di tintaku ini
Terlalu rapuh pena ini tuk kutulis rasa sakit yang kurasa kini"

Cukup !

Usul

Mari kita buat ini menjadi mudah
kau bersamanya, dan biarkan aku sendiri !

Mudah bukan !

Itu Saja

Seandainya kita tak pernah bertatap muka

Mungkin ceritanya akan jauh berbeda

Kamu hanya kupu-kupu yang singgah sementara

Kemudian kembali terbang bersama yang lainnya


Bahagialah dengan kamu yang sekarang ini

Jangan pernah mengeluh apalagi mempertanyakan kehendakNya


Aku hanya manusia biasa

Aku tak bisa menjadi matahari yang dengan tanpa pamrih menyinari bumi

Dan memberikan kehangatan pada bunga yang berdansa bersama kumbang


Jangan pernah merasa kehilangan karna aku takkan hilang dan takkan menghilang

Aku hanya tak terlihat dan tak ingin terlihat


Lagipula aku masih mempertanyakan apakah kamu benar-benar kehilangan?

Ah… tapi aku tak butuh jawaban, yang pasti aku merasa kehilangan

Sosok manis yang belum ku kenal seutuhnya


Itu saja, jangan siksa aku dengan perasaanmu yang entah tulus entah iba itu

Cukup mengecup senyum manis mu saja sudah sangat berarti bagiku


Itu saja


Sarijadi 230311, 22:22

Ikhlas

Saat ini ku hanya bisa bergumul dengan kata-kata

Berteman berjuta rasa pedih di dada

Menyelami rasa yang tak kusangka begitu sakitnya

Menenggelamkan asa yang kusimpan sia-sia


Jika ku tau akan seperti ini jadinya

Lebih baik Kau tak pertemukan saja aku dengannya

Begitu manis pada awalnya

Namun pahit di akhir cerita


Meskipun hanya cerita singkat

Tak lama, hanya dua bulan lewat

Namun mengapa rasa ini begitu dalam padanya

Begitu tersiksa ku melepasnya


Arrgh… percuma saja ku bersua

Cuma pil pahit yang kini terasa

Dia yang menjadi penawar sakit ku waktu itu

Kini menjadi racun yang membelenggu jiwaku


Ah sudahlah…

Ikhlas adalah satu-satunya cara untuk melupakannya

Dan aku sedang belajar untuk itu



Sarijadi, 230311, 22:30